Header Ads

Punya Mobil Pribadi Bikin Orang (dan Negara) Susah Kaya?


Kira-kira setahun lalu, tepatnya 10 Juni 2021, saya membeli mobil pertama saya. Rasanya sangat bangga sekali bisa membawanya pulang ke garasi rumah untuk pertama kalinya. Momen ini memang sudah saya idam-idamkan sejak lama. Apalagi mobil yang saya beli memang yang saya inginkan sejak lama.

Keputusan membeli mobil memang bukan hal yang mudah bagi saya pribadi. Disatu sisi saya memang pencinta otomotif, sejak kecil saya suka hal-hal seputar roda empat. Namun disisi lain saya juga dalam misi mengumpulkan 'kekayaan' atau aset produktif untuk segera mencapai kebebasan finansial. Saya berusaha hidup hemat dan minimalis untuk mencapai salah satu tujuan hidup tersebut secepat mungkin. 

Dua keinginan tersebut sangat bertolak belakang. Hobi seputar otomotif terkenal banyak sekali 'racun' yang dapat seewaktu-waktu menguras isi dompet. Jika saya mengikuti nafsu hobi otomotif, maka akan sangat menguras modal yang harusnya bisa saya investasikan. Namun jika saya terus menabung dan berhemat kemungkinan besar saya tidak akan bisa mencapai apa yang sudah lama saya impikan yaitu berpergian kemana saja dengan mobil kesayangan. 

Mungkin ada baiknya menyeimbangkan kedua impian tersebut. Kompromi. Mungkin hidup ini jadi kurang nikmat jika ada impian yang terus dipendam padahal seharusnya itu bisa diraih dengan mudah dan sebenarnya kita punya kemampuan untuk menggapainya.


Reason to Buy (Alasan untuk membeli)

Sebagai seorang yang 'melek finansial', ketika setiap pembelian barang atau aset, apalagi yang nilainya signifikan, pasti kita perlu mencari alasan yang masuk akal agar pembelian tersebut memberikan manfaat sebesar-besarnya dan tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Alasan tersebut bisa berasal dari pertimbangan logis dan emosional. 

Pada akhirnya saya merealisasikan impian membeli mobil karena memang ada beberapa alasan yang menurut saya sangat kuat dan malah menambah peluang saya mencapai impian-impian dan tujuan hidup lain. Alasan ini bisa jadi mirip dengan kasus sebagian pembaca.

1. Alasan Logis

Dalam membeli barang, maka pertimbangan logisnya seperti kegunaan barang, seberapa sering akan digunakan, berapa harganya, kenyamanan atau kemudahan apa yang didapatkan dan seterusnya.

Untuk kasus ini, saya sempat berada di satu kondisi dimana sangat memerlukan kendaraan pribadi karena kondisi pekerjaan yang menuntut saya untuk mobile dan fleksibel. Sebenarnya saya sangat suka memanfaatkan transportasi umum dan ojek online, tetapi transportasi umum di kota saya kurang nyaman dan tidak reliable. Jarak rumah dengan tempat bekerja juga sangat jauh membuat perjalanan sangat terasa tidak menyenangkan jika tidak menggunakan kendaraan pribadi.

Saya juga sudah membuat simulasi perhitungan perbandingan jika mobilisasi sehari-hari saya antara menggunakan kombinasi transportasi umum dan taksi/ojek online dengan mobil pribadi. Memang biaya operasional mobil sehari-hari seperti bensin, tol, dan parkir tidak begitu lebih mahal. Namun jika menggunakan perhitungan total dengan servis rutin, perawatan, cuci mobil, dan pajak, maka biaya kepemilikan mobil sebenarnya jauh lebih besar daripada menggunakan kendaraan umum. Inilah biaya yang harus dikeluarkan demi fleksibilitas dan kenyamanan dalam mobilisasi.  

2. Alasan Emosional

Ada kalanya pembelian juga bisa terjadi karena kebutuhan untuk memuaskan emosi seseorang, bukan berdasarkan perhitungan keekonomian ataupun kegunaannya. Misalnya seseorang bisa membeli sebuah kaos tim sepak bola kesayangannya berpuluh kali lipat lebih mahal daripada kaus biasa yang ada dipasaran. Atau bahkan membeli smartphone branded kelas premium dengan harga belasan juta padahal yang kelas menengah dengan harga sepertiga juga bisa melakukan hal-hal yang sama.

Bagi saya, otomotif memang sudah jadi bidang yang saya kagumi sejak lama. Tentu saja memiliki mobil membuat saya mulai merasakan apa yang di impian saya. Dengan mulai tercapainya satu-persatu impian saya, maka akan memotivasi untuk mencapai impian-impian selanjutnya.


Singkat cerita, saya berhasil meminang Ford Fiesta tipe 1.5S tahun 2013 bertransmisi manual. Tentu saja, sebagai value investor, saya mendapatkannya pada harga yang cukup undervalue dengan Margin of Safety yang tinggi! (eh, kok? haha) Saya membeli mobil kelas eropa dengan harga bahkan lebih murah dari LCGC. Ini memang betul dan tidak mengada-ada loh. Mobil ini jauh lebih murah dibanding rival setaranya dari pabrikan Jepang.

Sepertinya quotes dari Peter Lynch kali ini sangat relate. "The person that turns over the most rocks wins the game." Maksud dari kutipan ini adalah dalam berinvestasi saham, orang yang paling banyak menghabiskan waktu riset dan analisis dan mencari saham diharga yang murahlah yang untung paling banyak. Dalam kasus ini saya memang sudah sangat lama menghabiskan waktu untuk riset dan mempelajari tentang mobil yang cocok untuk saya, kelebihan dan kekurangan mobil tersebut, dan harga yang cocok (fair value) untuk mobil tersebut.


2022

Setelah setahun dan 21ribu kilometer berkendara dengan mobil sendiri, saya merenungkan beberapa hal yang saya rasakan dan menarik beberapa kesimpulan:

1. Jangan beli mobil jika tidak perlu. Biaya operasional mobil yang tinggi dapat menyulitkan keuangan anda jika tidak direncanakan dengan matang. Perencanaan keuangan yang baik sangat diperlukan.  

2. Jika perlu, belilah mobil bekas yang SEHAT. Mobil biasanya terdepresiasi cukup besar ditahun pertama sampai kelima. Namun dengan bertambahnya umur pasti perlu peremajaan. Jadi belilah yang memang sehat atau sediakan dana ekstra untuk peremajaan.

3. Jika tidak perlu, manfaatkan transportasi umum di kota anda. Atau fasilitas dari kantor. Atau sharing dengan rekan/teman. 

4. Transportasi umum sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Jika suatu kota memiliki transportasi umum yang nyaman, aman, dan dapat diandalkan, maka penduduknya cenderung memilih transportasi umum karena jauh lebih murah daripada memiliki kendaraan pribadi.

5. Dampak ekonomi dari transportasi umum juga besar. Masyarakat jadi punya dana lebih yang dapat dihabiskan untuk konsumsi kebutuhan dan keinginan lain daripada menghabiskannya untuk kendaraan pribadi yang dipakai sekedar untuk commuting. Pemakaian BBM oleh masyarakat juga dapat ditekan begitu juga subsidi BBMnya sehingga dapat meringankan beban APBN.

Sepertinya poin 4 dan 5 agak melenceng dari topik ya, padahal saya seorang petrolhead tapi kok bahas transportasi umum. Tapi itulah pemikiran yang saya dapat dan masukan juga untuk pemerintah agar membuat kebijakan yang baik dalam menata kota dan menyediakan transportasi umum.

Terima kasih sudah membaca sharing saya kali ini!

2 komentar: